Minggu, 14 Juni 2015

PENTINGNYA BELAJAR DI ATAS TINGKATAN KELAS

Jika anak sudah melewati dua tingkat di atas tingkatan kelasnya mereka mengetahui cara-cara untuk “menaklukan gunung” dan dapat merasakan “kegembiraan dalam belajar” Maju melampui tingkatan kelas merupakan “menabung kemampuan akademik”. Semakin tinggi tingkatan kelasnya, seperti anak SMP atau SMA, biasanya anak akan semakin banyak aktivitas. Oleh sebab itu anak akan semakin sulit untuk konsentrasi. Dengan belajar diatas tingkatan kelasnya, berarti anak telah mempunyai tabungan. Selain itu, tanpa disadari akan terpupuk pengalaman berusaha dan berhasil mengerjakan soal–soal yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Terhadap soal-soal baru pun, mereka tidak hanya melihat kemudian menyerah, melainkan berusaha menemukan jawabannya. Dengan merasakan pengalaman tersebut berulang kali, di bawah sadarnya, mereka akar berpikir “Bila Saya berusaha, Saya pasti bisa”. Berbeda dengan anak yang belum belajar di atas tingkatan kelas atau anak yang baru belajar setara tingkatan kelasnya, mereka belum mempunyai pengalaman seperti di atas. Anak yang telah berusaha dengan susah payah untuk maju melampaui tingkatan kelasnya, mempunyai rasa percaya diri sehingga dapat berhati lapang, tidak sombong dan mau mengajarkan pada teman-temanya dengan sabar. Bila anak mempunyai rasa percaya diri dan hati yang tentram, mereka menjadi bisa membentuk perhatian terhadap orang lain dan tumbuh menjadi pribadi yang mulia. Mungkin orang tua akan khawatir jika anak belajar di atas tingkatan kelasnya justru merasa bahwa “belajar tidak lagi menyenangkan”. Sebetulnya masa-masa 1-2 tahun sejak mengikuti Kumon merupakan masa-masa yang bagaimana?
Anak yang pelajarannya sudah maju 2 tingkat di atas tingkatan kelasnya justru merasa pelajaran yang dipelajarinya menjadi lebih mudah. Memang pada masa-masa itu anak telah berhasil mengejar pelajaran yang setara tingkatan kelasnya, dan mulai berusaha melampauinya. Anak yang baru mulai berusaha melampaui tingkatan kelasnya, ibarat harus mendaki gunung yang tinggi. Ia bertemu dengan hal-hal yang belum diketahuinya. Anak yang tadinya dapat belajar dengan senang, pada tahap ini mungkin akan menjumpai kesulitan-kesulitan. Tetapi justru pengalaman “menaklukan gunung” inilah yang merupakan hal terpenting. Arti “menyenangkan” ini harus mulai berubah. Tentu saja, pada masa-masa awal, anak merasa bahwa belajar itu menyenangkan, karena pelajarannya mudah. Pada masa itu memang seharusnya demikian. Namun, bila keadaannya terus seperti itu siswa tidak akan berkembang. Setelah beberapa lama “kegembiraan” tersebut berubah, menjadi misalnya kegembiraan karena berhasil memecahkan sesuatu yang baru. Jika anak sudah melewati dua tingkat di atas tingkatan kelasnya, mereka mengetahui cara-cara untuk “menaklukan gunung” dan dapat merasakan “kegembiraan dalam belajar”. Dengan kata lain, dengan memiliki pengalaman “menaklukan” masa-masa sulit itulah, ada kesempatan emas bagi anak untuk berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar