Selasa, 16 Juni 2015

Matematika Kehidupan


Kumon, Bukan Matematikanya yang penting..!!

Metode belajar kumon sangatlah tinggi yaitu siswa mampu mempelajari matematika setingkat SMA. Pasti bukan suatu hal yang mudah. Tetapi apa sebenarnya manfaat belajar kumon? Metode Kumon adalah metode matematika kehidupan.
Saat bapak/Ibu mendaftarkan anaknya, tentulah sudah mendengar tentang hal ini, tetapi hanya beberapa orang tua yang benar-benar mempercayainya. Saat melihat anak-anaknya mengerjakan soal-soal pembagian di level D atau 4 operasi aritmatika level F, kayakinan itu goyah. Orang tua menjadi ragu, apakah benar anak-anak bisa mengerjakan materi SMA.
Daripada memikirkan target matematika jangka panjang lebih baik orang tua memikirkan target jangka pendek yaitu nilai ulangan matematika di sekolah. Jadi di saat pelajaran Kumon menjadi lebih sulit, mereka memutuskan sudah cukup. Padahal masih ada jenjang berikutnya setelah SD yaitu SMP dan SMA dimana pelajaran jauh lebih banyak dan materinya pun lebih padat. Secara tidak langsung keputusan seperti itu justru memberi pesan kepada anak “Jika aku menghadapi kesulitan, lebih baik aku berhenti saja” atau “Tidak perlu menentukan target tinggi, segini saja cukup”

Sumber-sumber Kekuatan Orang Tua Dalam Menghadapi Tantangan di Kumon




Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan hati orang tua terkadang menurun. Tak terkecuali saat anak mengikuti program belajar di Kumon. Bila kondisi hati kita sedang “down”, ada baiknya kita segera mencari cara untuk memulihkannya kembali sebelum anak-anak menangkap gejala “putus asa” dari orang tua. Orang tua pun sebaiknya secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran di Kumon.

Apa saja yang dapat menjadi sumber kekuatan orang tua siswa Kumon dalam menghadapi dan menyelesaikan tantangan yang menghadang selama belajar di Kumon? Mungkin beberapa hal dibawah ini dapat menjadi inspirasi orang tua dirumah.
Segera berbagi dengan Pembimbing, cara ini dapat meringankan kondisi yang berat pada proses belajar di Kumon. Bila sikap belajar anak mulai memburuk, ada baiknya orang tua segera berbagi dengan Pembimbing. Hal ini dimaksudkan agar Pembimbing dapat segera mencari jalan keluar dan mencari alternatif solusi yang dapat dicoba oleh orang tua. Kepedulian orang tua terhadap kondisi belajar anak akan membawa dampat positif. Anak pun akan mengetahui bahwa orang tua memiliki komitmen yang kuat dengan Pembimbing sehingga dapat memberikan semangat dan dorongan pada kondisi belajar siswa.
Ikut memahami isi lembar kerja Kumon (Bersama-sama anak melihat dan memahami bahan pelajaran)

JANGAN REMEHKAN MANFAAT BERHITUNG


Profesor Ryuta meneliti mengenai aktivitas otak manusia. Beliau meraih gelar Phd-nya dari Universitas of Tohoku di Jepang. Saat kuliah, beliau berpikir bahwa otak manusia akan sangat aktif saat bermain game computer dan kurang aktif saat mengerjakan hitungan penjumlahan yang mudah. Namun, setelah dilakukan penelitian, beliau menyadari bahwa ternyata otak manusia yang sedang bermain game tidak terlalu aktif, sebaliknya otak manusia yang mengerjakan penjumlahan satuan ditambah dengan satuan, sangat aktif.
Apakah anda terkejut dengan hasil penelitian ini? Padahal bermain game di computer melibatkan tangan dan mata secara aktif dan cepat. Profesor Ryuta pun awalnya terkejut dengan hasil tersebut. Beliau berpikir, bagaimana hitungan yang membosankan dari satuan tambah satuan dapat mengaktifkan banyak bagian dari otak manusia? Maka Profesor Ryuta melakukan uji eksperimen kembali setelah menimba ilmu di Swedia. Beliau berpikir bahwa mungkin penelitian beliau mengalami kekeliruan.

MENJADIKAN BERUSAHA SEBAGAI KEBIASAAN


Anak-anak ini tidak pernah mempunyai pengalaman berhasil, yang disebabkan karena tidak pernah mendapat pengakuan dari orang tua atas apa yang telah dicapainya. Sehingga sejak kecil tertanam dalaam pikiran "meskipun saya berusaha dengan baikpun percuma saja". Hal ini juga bisa terjadi saat orang tua mengijinkan mereka untuk menyerah ketika mengalami kesulitan sehingga mereka menilai diri sendiri terlalu rendah (mereka beranggapan apapun yang mereka lakukan selalu gagal / berhenti di tengah jalan.
Apapun kasusnya, biasanya masalah terletak pada pendidikan. Yang terpenting dalam pendidikan adalah : Memperhatikan perubahan sekecil apapun dalam diri anak setiap hari kemudian memberikan pengakuan dan pujian dengan tulus atas perubahan itu serta memberikan dorongan semangat kepada anak.
Terhadap lembar kerja Kumon yang bernilai 100 yang setiap kali mereka bawa pulang dari kelas Kumon, apakah kita berpikir anak bisa mengerjakan seperti itui adalah sesuatu yang wajar? Atau bahkan kita tidak perduli? Jika orangtua berpikir seperti itu maka meskipun bagi anak merupakan hal yang sulit dan akhirnya bisa mendapatkan nilai 100, mereka tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Bahkan kadang dimarahi sehingga mereka kecewa dan berpikir berusaha adalah sesuatu yang bodoh dan membuang waktu.
Sebaliknya jika pada saat sulit dan anak m

Bagaimana mengatur waktuku?


1 tahun terdiri dari 365 hari, 1 hari 24 jam, dan 1 jam 60 menit. Semua makhluk hidup di bumi memiliki waktu yang sama, namun mengapa hasilnya berbeda. Sedikit yang sukses, banyak yang gagal.

Bagaimana kalian mengatur waktu kalian? Apakah masih bermalas-malasan dan terus menunggu waktu yang tepat? Aku masih muda, aku belum siap atau alasan lain yang intinya mengatakan bahwa “waktuku masih banyak, tenang saja”. Sebagai siswa yang baik, kita harus pintar mengatur waktu kita sendiri. Ada waktu sekolah, belajar, dan bermain. Jangan sia-siakan waktu kalian, pergunakan waktu dengan baik. Apabila kalian memiliki cita-cita yang tinggi, belajarlah dengan tekun, agar tercapai cita-cita kalian.

Belajar menghitung waktu dalam sehari, berapa jam sekolah, berapa jam bermain dan istirahat. PR dari Kumon harus dikerjakan setiap hari dan dalam waktu yang sama, karena ini akan membentuk sikap kedisiplinan belajar. Anak yang mengerjakan Kumon setiap hari akan berbeda hasilnya, apabila mengerjakan Kumon secara sekaligus.

Contohnya saja, apabila kita makan setiap hari, kita makan 3 kali dalam sehari, pagi, siang dan malam. Coba bayangkan apabila kita menyantap semua makanan yang ada di meja untuk pagi, siang dan malam secara sekaligus, tentu tidak enak, bukan? Begitu juga dengan Kumon, kerjakan PR secara rutin dan teratur, agar kalian merasa “enjoy” dalam mengerjakannya, tidak perlu dipaksa dan tidak perlu disuruh-suruh oleh orangtua.

Berkomunikasi dengan anak

Berkomunikasi dengan anak baik secara verbal maupun non verbal sangat diperlukan dalam sebuah keluarga. Komunikasi akan menjembatani hubungan harmonis antar anggota keluarga, serta bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ti
mbul dalam sebuah keluarga. Permasalahan yang tidak tuntas dalam sebuah keluarga seringkali menjadi penghambat perkembangannya secara psikis dan mental. Padahal, kedua faktor ini sangat penting untuk menunjang masa depannya. Berkomunikasi dengan anak tidak selalu harus berhubungan dengan hal-hal yang bersifat serius. Dimulai dari hal-hal kecil yang menyenangkan, misalnya seputar dunia bermainnya, kegiatan yang paling disukainya selain bermain, teman-temannya, atau tayangan televisi yang sering ditontonnya. Di masa kanak-kanak, komunikasi verbal merupakan hal terpenting yang harus dilakukan orang tua secara proaktif karena di masa inilah anak belajar banyak hal, termasuk berbicara, ngobrol dan bercerita.

Minggu, 14 Juni 2015

Yang Harus Ditanamkan pada Anak

Dorothy Law Nolte, Ph.D. mengingatkan, dalam keseharian anak akan selalu menyerap nilai-nilai yang ditransmisikan lewat sikap-perilaku dan perasaan orang tuanya. “Itulah yang akan diingat seumur hidup oleh anak-anak Anda,” tuturnya.
Nah, kalau begitu, sudahkah Anda memberi teladan untuk :
·   Bersikap Malu
Semua orang tua pasti ingin anaknya mengerti mana yang baik dan tidak. Mengapa tak mengajarkannya, bahwa mengambil mainan temannya tanpa izin, berbohong dan berbuat curang adalah tindakan memalukan. Itu semua adalah perbuatan salah.
·   Memberi Dorongan
Dukungan amat berguna untuk meningkatkan self-esteem. Bila anda ingin memberi dukungan, lakukanlah dengan ‘hati’. Dengan ketulusan. Agar dukungan itu efektif, anda harus memperhatikan keunikan anak anda masing-masing.
·   Bersikap Toleran
Adalah penting untuk menanamkan dasar bahwa manusia punya pembawaan dan keunikannya masing-masing. Kenalkanlah anak dengan keberbedaan-kenyataan, suku, agama dan budaya. Dengan begitu ia akan belajar bersabar, dan bersikap toleransi.
·   Selalu Memuji
Semua manusia butuh pujian. Ini sudah menjadi hukum perilaku manusia. Mengapa tak memuji siapa pun di rumah bila mereka berbuat baik atau berprestasi? Anak akan belajar, bahwa pujian dan penghargaan dapat memotivasi diri untuk belajar sungguh-sungguh.

5 KUNCI AGAR KAMU SUKSES BELAJAR

 Setiap siswa tentu ingin dirinya mampu sukses dalam belajar. Sebagaimana tugas pelajar yaitu belajar, tentu semua ingin sukses dalam belajar. Adapun kunci sukses belajar adalah sebagai berikut :
Pertama, tekad belajar. Jika siswa sudah memiliki kemauan atau keinginan untuk sukses belajar maka tingkatkan lagi untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi. Keinginan adalah sesuatu yang bersifat pasif namun biasa dimiliki oleh semua orang. Sehingga semua orang dengan mudah mengatakan bahwa ia ingin sukses namun untuk melakukannya sungguh sulit. Sementara tekad adalah keinginan yang kuat dan bulat yang mampu membuat seseorang berbuat aktif dan proaktif untuk meraih apa yang diinginkannya.

Kedua, keyakinan untuk dapat meraih kesuksesan belajar.

Memberikan Pujian Kepada Anak



Memberikan pujian kepada anak sering dirasakan sulit oleh beberapa orang tua. Betulkan dengan semakin banyak memberikan pujian akan berefek baik bagi anak? Sebab, adakalanya pujian tidak dirasakan anak, atau justru menimbulkan kesombongan pada diri anak, atau bahkan sebaliknya, mungkin akan menyinggung perasaan anak.
Karena itu, sebagai orang tua, dalam memberikan pujian sebaiknya kita memperhatikan 3 hal berikut :
1.      Jangan memuji dengan perasaan terpaksa
2.      Jangan memuji hal-hal yang tidak perlu
3.      Jangan memuji secara acuh tak acuh

Lalu, pujian yang dapat dirasakan anak adalah apabila kita :
·         Memuji pada saat kita betul-betul merasa senang, kagum terhadap anak dan sebagainya.
·         Memuji dengan tulus dari dalam hati.
·         Memuji ketika anak merasa ia telah berhasil melakukan sesuatu.


PENTINGNYA BELAJAR DI ATAS TINGKATAN KELAS

Jika anak sudah melewati dua tingkat di atas tingkatan kelasnya mereka mengetahui cara-cara untuk “menaklukan gunung” dan dapat merasakan “kegembiraan dalam belajar” Maju melampui tingkatan kelas merupakan “menabung kemampuan akademik”. Semakin tinggi tingkatan kelasnya, seperti anak SMP atau SMA, biasanya anak akan semakin banyak aktivitas. Oleh sebab itu anak akan semakin sulit untuk konsentrasi. Dengan belajar diatas tingkatan kelasnya, berarti anak telah mempunyai tabungan. Selain itu, tanpa disadari akan terpupuk pengalaman berusaha dan berhasil mengerjakan soal–soal yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Terhadap soal-soal baru pun, mereka tidak hanya melihat kemudian menyerah, melainkan berusaha menemukan jawabannya. Dengan merasakan pengalaman tersebut berulang kali, di bawah sadarnya, mereka akar berpikir “Bila Saya berusaha, Saya pasti bisa”. Berbeda dengan anak yang belum belajar di atas tingkatan kelas atau anak yang baru belajar setara tingkatan kelasnya, mereka belum mempunyai pengalaman seperti di atas. Anak yang telah berusaha dengan susah payah untuk maju melampaui tingkatan kelasnya, mempunyai rasa percaya diri sehingga dapat berhati lapang, tidak sombong dan mau mengajarkan pada teman-temanya dengan sabar. Bila anak mempunyai rasa percaya diri dan hati yang tentram, mereka menjadi bisa membentuk perhatian terhadap orang lain dan tumbuh menjadi pribadi yang mulia. Mungkin orang tua akan khawatir jika anak belajar di atas tingkatan kelasnya justru merasa bahwa “belajar tidak lagi menyenangkan”. Sebetulnya masa-masa 1-2 tahun sejak mengikuti Kumon merupakan masa-masa yang bagaimana?

Sabtu, 13 Juni 2015

Keistimewaan Kumon

Metode Kumon adalah cara belajar perseorangan. Setiap siswa maju dengan kemampuannya sendiri. Pembimbing Kumon memberikan dukungan kepada setiap individu siswa dalam mengembangkan kemampuan belajar mandiri.

Mengembangkan kemampuan belajar mandiri

Kumon mendefinisikan kemampuan belajar mandiri sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan dan menyelesaikan soal yang sulit secara mandiri. Keinginan untuk mencoba tantangan baru ditumbuhkan dalam diri anak dari pencapaian belajarnya setiap hari.

Dalam Metode Kumon,

Sejarah Metode Kumon



Almarhum Toru Kumon mengembangkan bentuk awal Metode Kumon pada 1954 ketika ia menjadi guru matematika SMA. Pada waktu itu, istri Toru Kumon, Teiko, memintanya untuk melihat pelajaran Aritmetika untuk kelas 2SD dari anak tertuanya, Takeshi, karena ia tidak puas dengan hasil ulangannya.